Zohran Mamdani: Oasis di Gurun Politik Amerika

Zohran Mamdani: Oasis di Gurun Politik Amerika
Sinta Eka Marlina


Tangerangtalk - Rakyat New York tampaknya sudah jengah oleh bayang-bayang Trumpisme yang otoriter, intoleransi rasial, diskriminatif terhadap rakyat kecil. Dalam kejengahan itu, Zohran Mamdani hadir sebagai antitesis: oasis di tengah gurun politik Amerika yang kering dari empati dan keadilan sosial. 


Zohran Mamdani (34) telah berhasil memenangkan pemilihan Wali Kota New York 2025, hal ini menjadi catatan baru dalam sejarah panjang estafet kepemimpinan kota tersebut. Ia berhasil mengalahkan Andrew Cuomo dan Curtis Sliwa, menjadikannya wali kota Muslim pertama dan yang termuda dalam satu abad terakhir. Karier politiknya memang singkat, tetapi jejak langkahnya progresif. Sejak dibangku universitas ia sudah aktif membangun organisasi kepemudaan yang kini tumbuh subur menjadi bekal dalam sepak terjangnya di politik elektoral. 


Kemenangan Mamdani tidak hanya lahir dari kejenuhan publik terhadap kondisi sosial politik yang kian pelik, tetapi juga strategi kampanye yang efektif. 


Pertama, ia membangun janji kampanye yang relevan dengan kebutuhan masyarakat. Dilansir dari IDN Times (06/11/2025), visi Mamdani berakar pada gagasan kesetaraan dan keterjangkauan hidup. Adapun lima program unggulan Mamdani yang berhasil menarik simpati rakyat New York antara lain: (1) mengupayakan hunian terjangkau dengan membekukan kenaikan sewa apartemen, (2) menyediakan penitipan anak gratis, (3) menghadirkan transportasi publik gratis, (4) membuka jaringan toko grosir publik di setiap wilayah, dan (5) menaikkan upah minimum.


Menurut pengamatan saya, Program-program ini menyentuh kepentingan fundamental warga, terutama di kota metropolitan dengan biaya hidup tinggi. Model kampanye ini mirip strategi salah satu kandidat gubernur Jakarta pada 2017, soal penyediaan hunian layak dan tranportasi terjangkau dengan membuat kontrak politik tertulis, serta mengundang partisipasi rakyat dalam pembangunan. Strategi ini memperlihatkan wajah politik yang humanis, kolaboratif, dan partisipatif.


Kelima program Mamdani ini tidak hanya memenuhi kebutuhan praktis, tetapi juga mencerminkan pendekatan inklusif. Misalnya, kebijakan penitipan anak gratis menunjukkan langkah strategisnya dalam membangun keberpihakan terhadap perempuan pekerja. Dalam wawancaranya bersama akun Instagram @Feminist (08/09/2025), Mamdani menegaskan bahwa perawatan anak yang terjangkau bukan sekadar kebijakan, tetapi bentuk pembebasan. Pengasuh tidak bisa berkembang ketika mereka terjebak pada pilihan sulit antara karier dan keluarga, Pandangan ini menunjukkan bahwa politik Mamdani tidak hanya berorientasi pada ekonomi, tetapi juga pada keadilan sosial dan kesetaraan gender sebagai fondasi kota yang inklusif.


Kedua, Kemampuan Mamdani menarik dukungan kaum muda dan kelompok minoritas menjadi salah satu kunci kamenanganya. Laporan The Guardian (04/11/2025) mencatat bahwa kampanye akar rumputnya memobilisasi ribuan pemilih muda dan beragam etnis. Dukungan ini berkembang melalui pendekatan inklusif, pengorganisasian komunitas, dan representasi yang energik, sekaligus mendapat penguatan dari tokoh progresif nasional seperti Alexandria Ocasio‑Cortez dan Bernie Sanders, menjadikannya jembatan antara sayap progresif dan moderat Partai Demokrat.


Ketiga, antitesis terhadap Trumpisme. Munculnya ancaman Donald Trump yang berulang kali menyerang Mamdani secara verbal, bahkan mengancam rakyat New York dengan pemotongan dana federal, justru memobilisasi pemilih yang menolak intervensi Washington. Dalam beberapa kesempatan, Trump menyebut Mamdani sebagai “bom waktu bencana” dan “orang gila komunis.” Namun alih-alih melemahkan dukungan publik, serangan itu justru menyatukan pemilih progresif dan minoritas di New York yang lelah terhadap retorika diskriminatif Trump. Dalam situasi itu, Mamdani diuntungkan (Metrotvnews, 04/09/2025).


Strategi kampanye Mamdani berhasil mengubah wajah politik yang kaku dan elitis menjadi gerakan sosial yang partisipatif. Ia menggelar berbagai kegiatan kreatif seperti perburuan harta karun, turnamen sepak bola, dan diskusi publik di taman-taman kota. Kampanye ini juga didukung oleh donasi sukarela dari warga. Pola tersebut menunjukkan pendekatan politik yang dekat dengan rakyat, sehingga mereka merasa ikut andil dalam proses perubahan. 


Laporan Associated Press (26/06/2025) juga mencatat strategi akar rumput Mamdani mencakup kunjungan langsung ke komunitas, pengorganisasian relawan, dan aktivitas lapangan kreatif yang membangun energi kampanye serta memobilisasi pemilih muda dan komunitas minoritas. Isu-isu yang diangkatnya menyentuh langsung kehidupan warga muda dan kelas pekerja. Dengan metode persuasif dan empatik, Mamdani berhasil mengubah kampanye politik menjadi percakapan publik tentang masa depan kota yang dibangun secara kolektif.


Kemenangan Zohran Mamdani di New York bukan sekadar kemenangan elektoral, melainkan manifestasi kejenuhan sosial terhadap politik lama yang elitis dan eksklusif. Di tengah residu Trumpisme, ketimpangan sosial, intoleransi rasial, dan hilangnya kendali atas masa depan ekonomi, Mamdani muncul sebagai antitesis: oasis ditengah gurun politik Amerika.


Fenomena ini juga menandakan bahwa politik bukan tentang siapa yang paling pintar, bukan siapa yang paling kaya, bukan pula siapa yang paling kuat, melainkan siapa yang paling mampu memengaruhi dan menyentuh hati rakyatnya. 


Dalam politik, tidak ada yang lebih penting daripada keberpihakan kepada rakyat. Kelompok progresif New York tentu patut merayakan kemenangan ini, namun pengawasan terhadap kinerja Mamdani kedepan tetap harus dijaga secara kolektif sebab demokrasi subtantif bukan hanya tentang siapa yang menang, tetapi tentang bagaimana roda kekuasaan dijalankan setelahnya.

Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url