Strategi Pengembangan Ekonomi Regional Kota Tangerang Selatan Berbasis Sektor Unggulan dan Non-Unggulan
Tangerangtalk - Kota Tangerang Selatan (Tangsel) merupakan salah satu wilayah penyangga ibu kota yang memiliki peran strategis dalam mendukung pertumbuhan ekonomi regional. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tutug Sri Jatmiko dkk. (2024), analisis laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tangsel menunjukkan adanya ketimpangan antara sektor unggulan (basis) dan non-unggulan (non-basis).
Hal ini menjadi tantangan sekaligus peluang bagi pemerintah daerah untuk merancang strategi pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan. Melalui pendekatan Location Quotient (LQ), penelitian tersebut mengidentifikasi sektor-sektor yang berpotensi menjadi penggerak ekonomi, serta sektor yang masih memerlukan intervensi kebijakan. Tulisan ini akan membahas implikasi hasil penelitian tersebut serta rekomendasi strategis untuk pemerataan pembangunan di Tangsel.
Potensi Sektor Unggulan dan Tantangan Sektor Non-Unggulan
Hasil analisis LQ menunjukkan bahwa sektor pertanian, kehutanan, perikanan, industri pengolahan, listrik-gas, serta jasa keuangan dan asuransi merupakan sektor unggulan dengan nilai LQ di atas 1. Artinya, sektor-sektor ini tidak hanya memenuhi kebutuhan lokal tetapi juga berkontribusi pada ekspor ke wilayah lain. Misalnya, sektor pertanian dan perikanan memiliki LQ tertinggi (28,19), menunjukkan keunggulan komparatif yang signifikan. Sektor industri pengolahan (LQ 3,95) dan listrik-gas (LQ 12,93) juga menjadi tulang punggung perekonomian Tangsel.
Namun, di sisi lain, sektor non-unggulan seperti konstruksi (LQ 0,69), perdagangan (LQ 0,76), akomodasi dan restoran (LQ 0,82), serta teknologi informasi (LQ 0,35) masih tertinggal. Rendahnya nilai LQ mengindikasikan bahwa sektor-sektor ini belum mampu bersaing di tingkat regional, sehingga hanya melayani pasar lokal. Kondisi ini berpotensi menciptakan ketimpangan ekonomi antarwilayah dan antarsektor jika tidak segera ditangani.
Strategi Penguatan Sektor Non-Unggulan
Untuk mengurangi ketimpangan, pemerintah daerah perlu fokus pada pengembangan sektor non-unggulan melalui beberapa langkah strategis:
Inovasi dan Peningkatan Kualitas
Sektor seperti akomodasi, restoran, dan teknologi informasi memerlukan inovasi untuk meningkatkan daya saing. Misalnya, pengembangan wisata kuliner berbasis budaya lokal atau digitalisasi UMKM dapat menarik minat konsumen dari luar wilayah. Program "One Village One Product" (OVOP) yang disebutkan dalam penelitian juga relevan untuk mendorong kreativitas dan keunikan produk lokal.Infrastruktur dan Akses Pasar
Pembangunan infrastruktur yang mendukung sektor perdagangan dan logistik, seperti pusat distribusi dan jaringan transportasi, dapat memperluas jangkauan pasar. Kolaborasi dengan wilayah tetangga seperti Jakarta, Depok, dan Bekasi juga penting untuk menciptakan integrasi ekonomi regional.Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kerja
Sektor jasa pendidikan dan kesehatan yang masih lemah dapat ditingkatkan melalui kerja sama dengan institusi pendidikan seperti Universitas Pamulang untuk menciptakan tenaga kerja terampil. Pelatihan berbasis industri 4.0 juga diperlukan untuk mendongkrak sektor teknologi informasi.Insentif bagi Pelaku Usaha
Pemerintah dapat memberikan insentif fiskal atau kemudahan perizinan kepada pelaku usaha di sektor non-unggulan. Misalnya, mengurangi pajak bagi restoran yang mengangkat produk lokal atau memberikan subsidi untuk startup di bidang TI.
Mempertahankan Keunggulan Sektor Basis
Sementara itu, sektor unggulan perlu terus didukung agar tetap kompetitif:
Diversifikasi Produk Agroindustri
Sektor pertanian dan perikanan dapat dikembangkan menjadi agroindustri yang bernilai tambah tinggi, seperti pengolahan hasil laut atau produk organik berbasis permintaan pasar modern.Investasi dalam Energi Terbarukan
Dominasi sektor listrik dan gas membuka peluang untuk transisi menuju energi hijau, seperti pembangkit listrik tenaga surya atau biogas, yang sejalan dengan tren global.Penguatan Klaster Industri
Industri pengolahan dapat diintegrasikan dalam klaster ekonomi untuk meningkatkan efisiensi dan inovasi, misalnya melalui kawasan industri berteknologi tinggi.
Pemerataan Pembangunan dan Dampak Sosial
Strategi pembangunan yang berimbang antara sektor unggulan dan non-unggulan tidak hanya mendorong pertumbuhan PDRB tetapi juga mengurangi kesenjangan sosial. Pemerataan pendapatan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya di wilayah yang selama ini tertinggal. Selain itu, pendekatan pembangunan berbasis inovasi dan kolaborasi regional dapat menciptakan lapangan kerja baru serta mengurangi urbanisasi ke Jakarta.
Kesimpulan
Penelitian ini memberikan peta jalan yang jelas bagi Pemerintah Kota Tangerang Selatan untuk mengoptimalkan potensi ekonomi regional. Dengan memprioritaskan penguatan sektor non-unggulan sembari mempertahankan keunggulan sektor basis, Tangsel dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Langkah-langkah seperti inovasi produk, peningkatan infrastruktur, dan kerja sama antarwilayah harus menjadi fokus kebijakan ke depan. Pada akhirnya, keberhasilan pembangunan ekonomi Tangsel akan ditentukan oleh kemampuan pemerintah dan pelaku usaha dalam menciptakan sinergi antara sektor unggulan dan non-unggulan, sehingga kemakmuran dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat.
Referensi:
Tutug Sri Jatmiko, dkk. (2024). "Analisis Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto menurut Lapangan Usaha di Kota Tangerang Selatan." Pekobi: Jurnal Pendidikan, Ekonomi, dan Bisnis, 9(2), 140-150.