Pendidikan dan Internet: Dua Senjata Penting untuk Menurunkan Kemiskinan di Banten

Pendidikan dan Internet: Dua Senjata Penting untuk Menurunkan Kemiskinan di Banten

Berdasarkan Artikel yang diterbitkan di Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia Vol. 24 No. 2 Juli 2024, hlm. 184–207 Oleh Hudaya Latuconsina, Khusaini, dan Sri Jaya Lesmana – Universitas Islam Syekh-Yusuf, Tangerang

🔍 Kemiskinan di Banten: Masalah Lama, Solusi Baru?

Provinsi Banten dalam beberapa tahun terakhir menghadapi persoalan pelik yang seolah tak kunjung tuntas: kemiskinan yang justru meningkat meski secara nasional angkanya cenderung menurun.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa antara tahun 2015–2021, jumlah penduduk miskin di Banten naik rata-rata 1,77 persen per tahun. Ini mengindikasikan bahwa berbagai program bantuan langsung seperti sembako, raskin, atau subsidi, masih belum mampu menyentuh akar masalah kemiskinan di tingkat daerah.

Namun, sebuah riset dari Universitas Islam Syekh-Yusuf Tangerang menawarkan sudut pandang baru: pendidikan dan penggunaan internet yang bijak bisa menjadi kunci penting pengentasan kemiskinan di Banten.

🎓 Pendidikan: Fondasi Kuat untuk Mengangkat Warga dari Kemiskinan

Rata-rata Lama Sekolah Masih Rendah

Riset ini memotret kenyataan bahwa rata-rata lama sekolah di Banten hanya 8,5 tahun — artinya, banyak warga yang belum lulus SMP. Di sisi lain, hasil analisis statistik membuktikan bahwa setiap tambahan 1 tahun pendidikan mampu menurunkan angka kemiskinan hingga 1,16 persen.

“Pendidikan terbukti lebih efektif dalam menurunkan kemiskinan daripada bantuan langsung,” tulis para peneliti dalam jurnalnya.

Tidak hanya itu, tingkat partisipasi sekolah di kelompok usia 16–18 tahun juga berperan besar. Jika remaja usia SMA terus didorong untuk tetap bersekolah, peluang mereka untuk memperoleh pekerjaan yang lebih layak dan penghasilan yang lebih tinggi akan meningkat.

Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa mayoritas penduduk miskin di Banten masih lulusan SD atau SMP. Ini menjelaskan mengapa banyak dari mereka terjebak dalam pekerjaan informal berupah rendah dan sulit keluar dari lingkaran kemiskinan.

🔧 Solusi Kebijakan yang Perlu Diambil

Untuk menjadikan pendidikan sebagai alat pengentas kemiskinan, pemerintah daerah bisa:

📌 Memperluas cakupan beasiswa untuk siswa dari keluarga miskin.

🏫 Mendirikan sekolah SMA/sederajat di wilayah-wilayah tertinggal.

🕓 Menyediakan pilihan sekolah alternatif seperti sekolah malam atau akhir pekan.

👩‍🏫 Meningkatkan pelatihan keterampilan bagi orang tua agar anak-anak bisa terus sekolah.

🌐 Internet: Terhubung Belum Tentu Memberdayakan

Akses Internet Tinggi, Tapi Belum Produktif

Tingkat akses internet di Banten meningkat tajam. Tahun 2023, 71,73% penduduk usia ≥5 tahun telah terhubung ke internet, bahkan Kota Tangerang dan Tangerang Selatan mencatat angka di atas 85%.

Namun, akses internet yang tinggi belum otomatis menurunkan kemiskinan. Ini karena sebagian besar penduduk memanfaatkan internet untuk media sosial (81,6%) dan hiburan, bukan untuk aktivitas produktif seperti edukasi daring, jual beli online, atau kerja remote.

Berdasarkan penelitian, hanya:

14,7% yang menggunakan internet untuk berkirim email.

3,8% yang memanfaatkannya untuk menjual barang atau jasa.

Sebaliknya, penggunaan internet untuk mencari informasi atau berita terbukti menurunkan angka kemiskinan sebesar 0,08% per tahun. Ini membuktikan bahwa manfaat internet tergantung pada tujuan penggunaannya.

🎯 Literasi Digital Jadi Kunci

Banyak penduduk terutama yang miskin sudah memiliki akses ke internet, tapi belum dibekali kemampuan untuk memanfaatkannya secara produktif. Akibatnya, mereka tetap terpinggirkan secara ekonomi.

Inilah yang disebut “kemiskinan digital”: punya akses, tapi tak tahu bagaimana cara memanfaatkannya.

🛠️ Apa yang Bisa Dilakukan?

Pemerintah, komunitas, dan swasta bisa bersama-sama:

💻 Mengadakan pelatihan literasi digital di tingkat RT/RW dan sekolah.

🛒 Mendorong UMKM lokal masuk ke platform e-commerce.

🎓 Menyediakan konten edukatif yang mudah diakses dan relevan secara lokal.

📱 Memberi subsidi atau insentif pembelian perangkat digital bagi keluarga miskin.

⚠️ Ketimpangan Digital: Ancaman Baru Bagi Masyarakat Miskin

Ironisnya, teknologi yang seharusnya membantu justru bisa memperlebar jurang sosial bila tidak diiringi peningkatan kemampuan. Perusahaan kini cenderung mencari tenaga kerja yang memiliki keahlian digital, sementara masyarakat miskin umumnya tidak memiliki keterampilan tersebut.

Jika tidak diatasi, hal ini akan memperkuat kesenjangan pendapatan dan memperpanjang siklus kemiskinan. Karena itu, akses internet harus diiringi dengan pemberdayaan digital yang menyeluruh.

📊 Temuan Kunci Penelitian

Faktor Dampak terhadap Kemiskinan

Rata-rata lama sekolah Mengurangi (kuat)

Partisipasi sekolah usia 16–18 tahun Mengurangi

Akses internet umum Meningkatkan kemiskinan

Penggunaan internet untuk informasi/berita Mengurangi

Penggunaan untuk sosial media Mengurangi (lemah)

Email & Penjualan online Tidak signifikan

✅ Kesimpulan: Kemiskinan Bisa Dikurangi, Asal Strateginya Tepat

Studi ini memberikan pelajaran penting bahwa pendidikan dan literasi digital bukan hanya alat bantu—tetapi senjata utama dalam pertempuran melawan kemiskinan. Tidak cukup hanya memberikan bantuan langsung, pemerintah dan masyarakat perlu berinvestasi pada manusia, keterampilan, dan akses informasi yang benar.

📌 Pemerintah daerah harus:

Menjadikan pendidikan sebagai prioritas utama dalam kebijakan pengentasan kemiskinan.

Mendorong penggunaan internet yang produktif, bukan sekadar konsumsi hiburan.

Memberdayakan masyarakat miskin secara digital—dari perangkat hingga keterampilan.

Dengan strategi yang tepat, kemiskinan bukan sekadar dikurangi. Ia bisa diberantas dari akarnya.

“Kemiskinan bukan hanya soal uang. Ini soal akses, informasi, dan kesempatan. Dan semua itu bisa dibuka lewat pendidikan dan internet—jika digunakan dengan benar.”

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url